Sabtu, 10 Januari 2015

2014, Tahun Kelam Bagi Dunia Penerbangan Malaysia



2014, Tahun Kelam Bagi Dunia Penerbangan Malaysia Ilustrasi
Operator penerbangan Malaysia atau anak perusahaan mereka telah terlibat dalam tiga bencana penerbangan paling mematikan.
Dream - Bagi dunia penerbangan Malaysia, tahun 2014 bisa jadi merupakan tahun yang paling suram dalam bisnis mereka.
Operator penerbangan Malaysia atau anak perusahaan mereka telah terlibat dalam tiga bencana penerbangan paling mematikan di dunia tahun ini, menurut statistik yang dilansir oleh Flight Safety Foundation di Alexandria, Virginia, Amerika Serikat, dilansir The New York Times, Senin 29 Desember 2014.
Bencana pertama datang saat pesawat Malaysia Airlines MH370 dinyatakan hilang dari radar. Pesawat jenis Boeing 777 yang terbang dari Kuala Lumpur menuju Beijing itu tiba-tiba saja hilang kontak beberapa jam setelah tinggal landas pada 8 Maret lalu.
Terakhir pesawat yang membawa 239 penumpang termasuk kru itu, terdeteksi di barat Semenanjung Melayu menuju permukaan Samudera Hindia.
Berdasarkan informasi dari satelit, para pakar percaya pesawat itu jatuh di suatu tempat terpencil di selatan Samudera Hindia di sekitar pantai barat Australia.
Tak satupun jejak pesawat tersebut ditemukan hingga menjadi misteri penerbangan terbesar dalam sejarah. Sampai saat ini, para pakar tidak tahu mengapa pesawat berbelok dari jalur penerbangannya.
Bencana kedua datang ketika pesawat Malaysia Airlines MH17 dengan jenis pesawat yang sama jatuh di wilayah sengketa di Ukraina. Seluruh penumpang yang berjumlah 298 orang tewas.
AS dan Ukraina menuding pesawat MH17 itu ditembak dengan misil anti-pesawat yang diluncurkan oleh pemberontak Ukraina pro-Rusia. Namun Rusia membantah terlibat dan balik menuduh Ukraina.
Dan baru-baru ini, pesawat AirAsia dengan nomor penerbangan QZ8501 rute Surabaya-Singapura dilaporkan hilang kontak sejak pukul 06.17 WIB, Minggu, 28 Desember 2014.
Pesawat jenis AirBus 320-200 yang membawa 155 penumpang, 2 pilot dan 5 kru itu hilang kontak saat berada di sekitar Belitung.
Tidak ada bencana penerbangan lainnya tahun ini yang begitu dekat dengan tragedi Malaysia jika diukur dari jumlah korban yang tewas.
Pesawat yang hilang pada hari Minggu kemarin dioperasikan oleh anak perusahaan AirAsia Malaysia di Indonesia.
Sebagian besar saham AirAsia dimiliki oleh warga Malaysia Tony Fernandes yang saat ini menjabat CEO di perusahaan itu dengan menguasai 49 persen saham, menurut situs resmi maskapai yang terkenal dengan penerbangan murahnya ini. (Ism)
http://www.dream.co.id/news/2014-tahun-kelam-bagi-dunia-penerbangan-malaysia-141229k.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar